Laporan Praktikum Perkecambahan

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Kedua aktifitas kehidupan ini tidak dapat dipisahkan karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversibel. Irreversibel maksudnya tidak dapat kembali pada keadaan awal. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan. Pertumbuhan pada tanaman terbagi dalam beberapa tahapan,yaitu perkecambahan yang diikuti dengan pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder (Slamet, 2009).
Secara umum telah diterima bahwa tumbuh merupakan ciri yang dimiliki oleh semua makhluk hidup, dan merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar (lingkungan). Ke dalam proses pertumbuhan itu termasuk asimilasi, pembentukan protoplasma baru, peningkatan dalam ukuran dan berat tumbuhan baik keseluruhan tumbuhan maupun sebagian dari organ atau jaringan (Tjitrosomo, 1983).
Meskipun demikian, pertumbuhan suatu tumbuhan dari sel telur yang dihuahi sampai menjadi organisme matang, tidak saja ditandai oleh peningkatan dalam ukuran tetapi lebih dari itu, karena jika hanya melibatkan perubahan ukuran maka tubuh tumbuhan akan merupakan massa yang tidak berbentuk. Pertumbuhan juga mencangkup diferensiasi menurut pola yang turun temurun dan peningkatan dalam ukuran biasanya disertai pula dengan peningkatannya kekompleksan struktur (Tjitrosomo, 1983).
Jadi, yang melatar belakangi pembuatan praktikum ini untuk mengenal dan membedakan organ vegetatif pada tumbuhan melalui pengamatan pada kecambah tumbuhan monokotil dan dikotil.

B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenal organ vegetatif pada kecambah yaitu untuk mengenal dan membedakan organ-organ vegetatif tumbuhan melalui pengamatan pada kecambah tumbuhan monokoti dan dikotil.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan ukuran baik dalam bentuk, volume, bobot, maupun jumlah sel akibat penggandaan protoplasma. Tahap awal pertumbuhan tumbuhan dimulai ketika biji berkecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji sehingga menyebabkan kulit biji melunak dan ukuran biji membesar (Ardiyanto, 2014).
Pertumbuhan merupakan proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel (tidak kembali pada keadaan semula), terjadi karena adanya pertambahan jumlah sel akibat adanya pembelahan sel secara mitosis dan pembesaran sel karena adanya penambahan substansi. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Contohnya proses pertumbuhan pada tumbuhan adalah penambahan tinggi tanaman, penambahan diameter batang, penambahan jumlah daun, dan penambahan luas akar (Slamet, 2009).

B.       Perkecambahan
Perkecambahan adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin dan akan dilengkapi dengan keluarnya radikula di luar biji. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat yang pnting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati (Tjitrosomo, 1983).
Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik yang sengaja ditanam, maupun secara kebetulan tumbuh, merupakan faktor yang penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat dipermukaan tidak memiliki ketersediaan air yang cukup untuk melengkapi perkecambahannya (Tjitrosomo, 1983).
Beberapa segi dalam perkecambahan biji menimbulkan problema dalam bidang hortikultur, ertanian, kehutanan, permulaan tanaman, pengendalian gulma dan erosi. Banyak sekali penyelidikan telah dijalankan mengenai aktivitas, proses, dan keadaan yang berkaitan dengan perkembangbiakan tumbuhan dengan biji (Tjitrosomo, 1983).

C.      Macam-macam Perkecambahan
Menurut Slamet (2009), dua macam jenis perkecambahan biji dapat dibedakan atas perkecambahan hipogel dan epigeal:
1.    Perkecambahan Hipogeal
Kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan plumula keluar dari permukaan tanah disebabkan pertumbuhan epikotil yang memanjang ke arah atas. Contohnya perkecambahan pada kacang kapri (Pisum sativum) dan jagung (Zea mays).
             
Gambar 1. Perkecambahan Hipokotil
(Sumber: Slamet, 2009)

2.    Perkecambahan Epigeal
Kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas. Contohnya perkecambahan pada kacang tanah dan kacang hijau (Vulga radiate)
                  
Gambar 2. Perkecambahan Epikotil
(Sumber: Slamet, 2009)

D.      Faktor-faktor Lingkungan dan Perkecambahan
Menurut Ardiyanto (2014), faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan  yaitu:
1.         Genetik (hereditas)
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat dalam sel makhluk hidup. Gen bekerja untuk mengkodekan aktivitas dan sifat yang khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan.

2.         Enzim
Enzim merupakan suatu makromolekul (protein) yang mempercepat suatu reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup (Biokatalisator). Suatu rangkaian reaksi dalam tubuh makhluk hidup tidak dapat berlangsung hanya melibatkan satu jenis enzim.
3.         Hormon (fitohormon)
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu:
1.         Unsur hara atau nutrisi
Nutrisi terdiri atas unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia sebagai sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Nutrisi umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan kation, sebagian lagi diambil dari udara.
2.         Air
Air sebagai pelarut unsur hara dalam tanah, dan memelihara temperatur tanah.
3.         Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap tanaman. Pengaruh cahaya secara langsung dapat diamati dengan membandingkan tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan terang.
a.         Pada keadaan gelap, pertumbuhan tanaman mengalami etiolasi yang ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak berkembang, dan batang tidak kukuh.
b.        Pada keadaan terang tumbuhan lebih pendek, batang kukuh, daun berkembang sempurna dan berwarna hijau.
Dalam fotosintesis, cahaya berpengaruh langsung terhadap ketersediaan makanan. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil, sehingga daun menjadi pucat. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
4.     Suhu
Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain memengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan. Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau bagian lain tanaman. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh.
5.         Kelembapan
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan memiliki permukaan helaian daun yang lebar.

Keadaan lingkungan yang perlu bagi perkecambahan biji ialah kelembaban, oksigen, dan suhu yang sesuai. Selain itu cahaya berpengaruh baik terhadap perkecambahan bahan biji banyak spesies, sedangkan pada yang lain peristiwa itu dihalangi oleh cahaya. Meskipun demikian, pengaruh tidak adanya cahaya yang dimodifikasi oleh faktor lain, terutama temperatur (Tjitrosomo, 1983).
Biji-biji sebagaian besar tumbuhan, bila masak, hanya berisi sedikit air, maka perkecambahan itu baru akan terjadi setelah kulit biji, dan kemudian juga jaringan lain, telah menyerap air. Biji membengkak dan dapat timbul tekanan amat kuat jika biji tersimpan rapat-rapat (Tjitrosomo, 1983).
Biji-biji berbagai spesies, berbeda-beda keperluannya akan oksigen, tetapi oksigen biasanya sangat perlu dalam perkecambahan. Konsentrasi oksigen dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya air, dan biji dapat urung berkecambah dalam tanah basah atau yang berlumpur (Tjitrosomo, 1983).
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan berbeda-beda bagi berbagai macam biji. Banyak biji yang berkecambah dalam kisaran suhu yang luas. Batas suhu minimal ialah C, dan maksimal C, tetapi prosentasi perkecambahan biasanya amat sedikit jika suhu itu amat rendah atau amat tinggi. Jagung dan kacang sebaiknya ditanam setelah pohon-pohon mengeluarkan daunnya pada musim semi, sedangkan labu, mentimun, semangka hanya ditanam setehah tanah hangat dan pada waktu tanaman tahunan berbunga (Tjitrosomo, 1983).

E.       Proses Perkecambahan
Jika keadaan menguntungkan, penyerapan air oleh biji diikuti oleh banyaknya kegiatan. Protoplasma mengalami rehidrasi dan enzim-enzimnya mulai berfungsi. Zat pati diurai menjadi gula, lemak dapat manjadi zat-zat yang dapat dilarutkan, dan protein menjadi asam amino. Persediaan bahan-bahan ini memungkinkan pembesaran energi oleh respirasi, translokasi bahan makanan ke janin, dan mulailah embrio bertumbuh (Tjitrosomo, 1983).
Respirasi pada biji dorman lagi kering berlangsung amat perlahan. Mungkin juga respirasi berhenti pada biji-biji yang sama sekali kering, tetapi masih hidup. Membasahi biji-biji itu memungkinkan respirasi itu meningkat dengan cepat dan pada saat perkecambahan berlangsung dengan baik maka laju respirasi dapat menjadi ratusan kali (Tjitrosomo, 1983).

F.       Metode Perkecambahan
Pada semua biji struktur utama yang timbuh dari kulit biji ialah radikula, yaitu akar lembaga. Akar lembaga tersebut keluar melalui mikropil dan menghasilkan akar primer. Pada gilirannya akar ini membentuk rambut akar dan sesudah akar-akar sekunder atau akar lateral. Pertumbuhan akar kira-kira sejenak sebelum pertumbuhan bagian-bagian lain pada embrio memungkinkan pertumbuhan muda berjangkar ke dalam tanah dan menyerap air (Tjitrosomo, 1983).



G.      Perkecambahan Kacang dan Ercis (Dikot)
Biji-biji kacang ercis tidak mempunyai endosperma, maka suplai bahan makanan yang diberikan kepada semaian terakumulasi di dalam kotiledon. Pada kacang sesudah keluarnya radikula maka hipokotil memeanjang  dan menjadi lengkung. Apeks lengkung ini adalah bagian pertama dari bibit tanama yang keluar ke atas permukaan tanah. Sewaktu apeks bertumbuh, hipokotil menjadi lurus dan mengangkat daun lembaga ke atas dalam tanah. Sementara itu, plamula, yang terdapat diantara kotiledon, maka bertumbuh dan membentuk daun sejati dan bagian batang di atas kotiledon (Tjitrosomo, 1983).
Kotiledon dan plamula pada kacang tidak ditekan dari tanah, tetapi ditarik keluar oleh pertumbuhan hipokotil. Jadi, luka pada pucuk dapat dicegah. Cara pencegahan ini ataupun mekanisme lain yang melindungi apeks batangnya merupakan hal yang biasa pada perkecambahan biji (Tjitrosomo, 1983).




















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.      Waktu dan Tempat
Praktikum rumus dan diagram bunga dilaksanakan pada Senin 28 Desember 2015, pukul 15.00 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

B.       Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum mengenal organ vegetatif pada kecambah yaitu buku catatan, buku gambar, anat tulis, silet, lup, pensil rawna, dan 4 gelas plastik.
2.      Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum mengenal organ vegetatif pada kecambah yaitu adalah kapas, 4 biji jagung (Zea mays), 4 biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), 4 biji kacang kedelai (Glycine max), 4 biji kacang hijau (Vulga radiate), dan air.

C.      Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum mengenal organ vegetatif  yaitu dipersiapkan semua alat dan bahan. Lalu diambil satu per satu biji yang telah disiapkan, membelahnya, dan mengamati kotiledon, plamula, dan radikula. Kemudian digambar hasil pengamatan tersebut pada kertas gambar. Selanjutnya diberi keterangan pada bagian-bagiannya. Lalu diambil biji yang baru untuk diletakkan di dalam gelas yang telah terisi oleh kapas dan telah disiram dengan air. Berikutnya diletakkan biji tersebut di dalam gelas plastik. Diamati dari hari ke-1 sampai hati ke-5. Kemudian diberi keterangan dari hari ke hari. Lalu difoto dan digambar hasil pengamatan yang telah dilakukan.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil
Tabel 1. Morfologi Biji
No.
Gambar
Keterangan
Monokotil
Dikotil
1.
Biji Jagung (Zea mays)









1.       Pusar biji
2.       Testa

ü   

2.
Kedelai (Glycine max)









3.       Pusar biji
4.       Testa


ü   
3.
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)








1.     Pusar biji
2.     Testa
3.     Tegma
4.     Kotiledon


ü   
4.
Kacang Hijau (Vulga radiata)








1.     Pusar biji
2.     Testa
3.     Tegma
4.     Kotiledon


ü   

Tabel 2. Anatomi Biji
No.
Gambar
Keterangan
Monokotil
Dikotil
1.
Biji Jagung (Zea mays)








1.     Pusar biji
2.     Hipokotil
3.     Radikula
4.     Tegma
5.     Testa
6.     Endosperma
7.     Plamula
8.     Epikotil
ü   

2.
Kedelai (Glycine max)









1.      Pusar biji
2.     Hipokotil
3.     Radikula
4.     Tegma
5.     Testa
6.     Kotiledon
7.     Plamula
8.     Epikotil

ü   
3.
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)








1.     Pusar biji
2.     Hipokotil
3.     Radikula
4.     Tegma
5.     Testa
6.     Kotiledon
7.     Plamula
8.     Epikotil

ü   
4.
Kacang Hijau (Vulga radiata)








1.      Pusar biji
2.     Hipokotil
3.     Radikula
4.     Tegma
5.     Testa
6.     Kotiledon
7.     Plamula
8.     Epikotil



ü   

Tabel 3. Perkecambahan Biji Kacang Hijau (Vulga radiata)
Hari
Hipokotil
Epikotil
Plumula
Radikula
1
-
-
-
0,1
2
0,4
1
-
0,4
3
0,8
2,5
1
0,9
4
1,5
5
2
1,5
5
2
7
2,4
2

Tabel 4. Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays)
Hari
Hipokotil
Epikotil
Plumula
Radikula
1
-
-
0,8
-
2
-
0,2
1,2
0,1
3
-
0,6
1,8
0,5
4
-
1
2,2
1
5
-
1,4
2,7
1,2

Tabel 5. Perkecambahan Biji kedelai (Glycine max)
Hari
Hipokotil
Epikotil
Plumula
Radikula
1
-
-
-
-
2
-
-
-
-
3
-
-
-
-
4
0,2
0,3
0,2
0,3
5
0,5
0,6
0,6
0,7


B.       Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilaksanakan terdapat 4 pengamatan terhadap biji, yaitu biji jagung (Zea mays), biji kedelai (Glycine max), biji kacang Merah (Phaseolus vulgaris), dan biji kacang hijau (Vulga radiata). Pengamatan organ vegetatif pada biji kecambah dilakukan 2 pokok pengamatan yaitu pengamatan pada biji monokotil dan biji dikotil.
Pada tabel pertama diamati morfologi biji jagung (Zea mays), biji kedelai (Glycine max), biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), dan biji kacang hijau (Vulga radiata). Pada morfologi biji jagung (Zea mays) terdiri dari pusar biji, testa, dan endosperma. Dimana pusar biji merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, yang terletak di bawah yang berwarna putih dan testa merupakan kulit yang melapisi kotiledon berkeping 1 atau monokotil yang berwarna orange dan endosperma merupakan cadangan makanan pada biji jagung.
Pada morfologi biji kacang kedelai (Glycine max) terdiri dari pusar biji, testa, tegma, dan kotiledon. dimana pusar biji yang terletak di tengah-tengah berwarna hitam, testa yang berwarna krem, tegma terletak pada lapisan setelah testa, dan kotiledon berkeping 2 atau dikotil yang berwarna krem yang merupakan calon daun tembaga.
Pada morfologi biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) terdiri dari pusar biji, tegma, testa, dan kotiledon. Dimana pusar biji yang terletak di tengah-tengah berwarna hitam, testa yang berwarna merah marun, tegma terletak pada lapisan setelah testa(, dan kotiledon berkeping 2 atau dikotil yang merupakan calon daun tembaga. Ukuran biji kacang merah lebih besar dan panjang dibandingkan dengan kacang hijau dan kedelai.
Pada morfologi biji kacang hijau (Virga radiata) terdiri dari pusar biji, tegma, testa, dan kotiledon. Dimana pusar biji yang terletak di tengah-tengah yang berwarna hitam, testa yang berwarna hijau, tegma terletak pada lapisan setelah testa, dan kotiledon berkeping 2 atau dikotil.
Pada tabel kedua yaitu anatomi biji jagung (Zea mays), biji kedelai (Glycine max), biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), dan biji kacang hijau (Vulga radiata). Pada anatomi jagung (Zea mays) terdiri dari pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa, endosperma, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak ditengah-tengah dan berwarna putih, pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan setelah testa, testa merupakan lapisan kulit luar berwarna orange, endosperma merupakan cadangan makanan pada biji dimana hampir seluruh isi biji dipenuhi oleh cadangan makanan, plamula merupakan calon batang dan daun. Pada biji jagung tergolong ke dalam biji berkeping 1 atau monokotil.
Pada anatomi biji kedelai (Glycine max) yang terdapat pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa, kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak ditengah dan berwarna hitam, pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan setelah testa, testa merupakan lapisan kulit luar berwarna krem, kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan calon batang dan daun. Pada biji kedelai tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau dikotil.
Pada anatomi biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) terdiri dari pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa, kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak ditengah dan berwarna hitam, pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan setelah testa, testa merupakan lapisan kulit luar berwarna merah, kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan calon batang dan daun. Pada biji kacang merah tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau dikotil.
Pada anatomi kacang hijau (Vulga radiata) terdiri dari pusar biji, hipokotil, radikula, tegma, testa, kotiledon, plamula, dan epikotil. Pada pusar biji terletak ditengah dan berwarna hitam, pada hipokotil merupakan calon batang bagian bawah, tegma terletak pada lapisan setelah testa, testa merupakan lapisan kulit luar berwarna hijau, kotiledon merupakan calon daun tembaga, plamula merupakan calon batang dan daun. Pada biji kacang hijau tergolong ke dalam biji berkeping 2 atau dikotil.
Pada biji dikotil atau biji berkeping 2, cadangan makannya tersimpan dalam kotiledon untuk pertumbuhan embrio. Sesuai menurut Amien (1984), yang menyatakan bahwa kotiledon merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio hingga mencapai terbentuknya daun, karena embrio belum menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesis.
Pada tabel ketiga yaitu perkecambahan biji jagung (Zea mays), biji kedelai (Glycine max), biji kacang merah (Phaseolus vulgaris), dan biji kacang hijau (Vulga radiata).
Pada perkecambahan biji kacang hijau (Vulga radiata), pada hari pertama tumbuh radikula atau calon akar yang menembus testa atau kulit ari sepanjang 0,1 cm. pada hari kedua, radikula atau calon akar menghasilkan akar primer dengan panjang 0,4 cm, selain itu tumbuh hipokotil atau batang bawah sepanjang 0,4 cm dan epikotil atau batang bagian atas sepanjang 1 cm. pada hari ketiga, radikula atau calon akar bertambah panjang menjadi 0,9 cm, hipokotil atau batang atas sepanjang 0,8 cm, epikotil atai batang atas tumbuh sepanjang 2,5 cm, dan plumula atau calon daunnya mulai tumbuh sepanjang 1 cm. pada hari kelima, radikula atau calon akar bertambah panjang menjadi 1,5 cm, hipokotil atau batang bawah menjadi 1,5 cm, epikotil atau batang atas sepanjang 5 cm, dan plumula atau calon daun bertambah panjang menjadi 2 cm. pada hari kelima, radikula atau calon akar bertambah panjang menjadi 2 cm, hipokotil atau batang bawah bertambah panjang menjadi 2 cm, epikotil atau batang atas bertambah panjang menjadi 2,4 cm dan plumula atau calon daun menjadi 2,4 cm. perkecambahan pada biji kacang hijau (Vulga radiate) termasuk ke dalam perkecambahan epigeal, dimana hipokotil tumbuh memanjang ke atas, sehingga kotiledon terangkat ke atas. Sesuai menurut Slamet (2009), yang menyatakan bahwa perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
Pada perkecambahan biji jagung (Zea mays), pada hari pertama bagian plumula atau calon daun sudah mulai tumbuh sepanjang 0,8 cm, sedangkan bagian hipokotil epikotil dan radikula belum tumbuh. Pada hari kedua, bagian epikotil atau batang atas mulai tumbuh sepanjang 0,2 cm, plumula atau calon daun sepanjang 1,2 cm, radikula atau calon akar tumbuh sepanjang 0,1 cm, dan sedangkan hipokotil atau calon akarnya belum tumbuh. Pada hari ketiga, bagian epikotil atau batang atas bertambah panjang menjadi 0,6 cm, bagian plumula atau calon daun bertambah panjang menjadi 1,8 cm, dan bagian radikula atau calon akar bertambah panjang menjadi 0,5 cm. pada hari keempat, hipokotil atau batang bawah tidak tumbuh, sedangkan bagian epikotil atau batang atas bertambah panjang menjadi 1 cm, bagian plumula atau calon daun bertambah panjang menjadi 2,2 cm, dan bagaian radikula atau calon akarnya bertambah panjang menjadi 1 cm. pada hari kelima, bagian hipokotil tidak tumbuh, sedangkan pada bagian epikotil atau batang atas bertambah menjadi 1,4 cm, bagian plumula bertambah panjang menjadi 2,7 cm dan bagian radikula atau calon akarnya bertambah panjang menjadi 1,2 cm. Perkecambahan pada biji jagung (Zea mays) termasuk ke dalam perkecambahan hipogeal, dimana kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan plumula menembus pusar biji dan tumbuh ke atas. Sesuai menurut Slamet (2009), yang menyatakan bahwa pertumbuhan hipogeal yaitu kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan plumula keluar dari permukaan tanah yang disebabkan pertumbuhan epikotil yang memanjang ke atas.
Pada perkecambahan biji kedelai (Glycine max) pada hari pertama hingga hari ketiga, biji belum tumbuh, baik bagian hipokotil atau batang bawah, bagian epikotil atau batang bagian atas, dan plumula atau calon daun, serta radikula atau calon akar. Hal tersebut dikarenakan biji kurang kelembaban dan karena tekstur testa atau kulit ari pada biji kedelai cukup tebal sehingga memerlukan waktu yang cukup lama bagi radikula atau calon akar untuk menembus kulit ari tersebut. pada hari keempat bagian radikula atau calon akarnya mulai tumbuh sepanjang 0,3 cm, bagian hipokotil atau batang bawah tumbuh sepanjang 0,2 cm, epikotil atau batang atas tumbuh sepanjang 0,3 cm, dan bagian plumula atau calon daun tumbuh sepanjang 0,2 cm. pada hari kelima, hipokotil atau batang bawah bertambah panjang menjadi 0,5 cm, bagian epikotil atau batang atas bertambah panjang menjdi 0,6 cm, bagian plumula atau calon daunnya bertambah panjang menjadi 0,6 cam, dan bagian radikula atau calon akarnya bertambah panjang menjadi 0,7 cm. Perkecambahan pada biji kedelai (Glycine max) termasuk ke dalam perkecambahan epigeal, dimana hipokotil tumbuh memanjang ke atas, sehingga kotiledon terangkat ke atas. Sesuai menurut Slamet (2009), yang menyatakan bahwa perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
Perkecambahan biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) dari hari pertama hingga hari kelima tidak tumbuh, karena terlalu banyak air yang terkandung dalam kapas untuk memperkecambahkan biji tersebut, sehingga biji kacang merah tersebut membusuk dan mengakibatkan hipokotil atau batang bawah, epikotil atau batang atas, plumula atau calon daun, dan radikula atau calon akar juga membusuk dan mati.




BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa biji, baik biji monokotil dan biji dikotil memiliki organ tumbuh seperti hipokotil, radikula, epikotil, dan plumula. Hanya saja yang membedakan terletak pada cadangan makanannya. Jika biji monokotil makanannya berupa endosperma, sedangkan pada biji dikotil cadangan makanannya berupa kotiledon. Perkecambahan biji ada 2 jenis, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Dimana pada perkecambahan epigeal yaitu kotiledon terangkat ke atas tanah, termasuk kacang hijau (Vulga radiate), biji kedelai (Glycine max), dan biji kacang merah (Vigna umbellata) sedangkan pada perkecambahan hipogeal yaitu kotiledon tetap berada di bawah tanah, termasuk biji jagung (Zea mays)




















DAFTAR PUSTAKA

Amien, Pratignjo, dkk. 1985.  Jakarta: Produksi Proyek Buku Terpadu

Ardiyanto, T., Agustrina, R., Rita R., dan Marpaung. 2014. Pertumbuhan Akar Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) di Bawah Pengaruh Medan Magnet.

Slamet. 2009. Biologi Umum. Surakarta: CV. HTS

Tjitrosomo, Siti S. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa

Tjitrosomo, Siti S. 19. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Osmosis